Beranda | Artikel
Kemana Hatimu Bergantung?
Kamis, 17 November 2016

Bismillah.

Hati adalah komandan bagi seluruh ucapan dan amal perbuatan anggota badan. Apabila hati memerintahkan kebaikan maka muncullah ucapan dan perbuatan baik. Sebaliknya jika hati memerintahkan keburukan maka lahirlah keburukan. Di sinilah letak pentingnya memperhatikan kondisi hati setiap kita.

Sholat tidak akan bisa membuahkan pahala jika sholat ini tidak disertai dengan hadirnya hati dan keikhlasan niat. Begitu pula sedekah dan jihad; hanya akan sia-sia ketika tidak dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah. Niat menempati posisi yang sangat urgen dalam hidup manusia. Letak niat itu adalah di dalam hati. Apa yang dia inginkan dengan ketaatan dan amal kebaikannya itu; apakah dunia, sanjungan, ataukah demi mencari keridhaan Allah dan pahala dari-Nya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dinilai dengan niat. Dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ikhlas dalam amalan seperti ruh dalam tubuh manusia. Ikhlas adalah pondasi tegaknya bangunan ketaatan.

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Sesungguhnya apabila amal itu sesuai dengan tuntunan tetapi tidak dibarengi niat yang ikhlas karena Allah maka amal itu akan menjadi dosa dan mengundang murka dari Allah. Sebagaimana kisah tiga orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat. Mereka melakukan amal-amal yang besar tetapi tidak disertai dengan niat yang ikhlas. Akhirnya mereka pun dilemparkan ke neraka karena dosa hati yang diperbuatnya.

Hati akan sangat menentukan balasan dan keselamatan di akhirat. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Pada hari itu (kiamat) tidak berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (asy-Syu’ara’ : 88-89)

Karena itulah hati butuh kepada ilmu dan hidayah dari Allah. Dengan ilmu dan hidayah itulah hati akan menjadi hidup. Seperti yang telah diajarkan kepada kita untuk selalu meminta hidayah setiap hari dalam sholat kita. Hidayah adalah kebutuhan setiap manusia. Oleh sebab itu Allah jadikan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Allah mengutus para rasul untuk mendakwahkan tauhid kepada umatnya. Hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perkara paling penting yang harus diketahui oleh manusia. Dan tauhid inilah yang paling bermanfaat bagi hati mereka.

Kebutuhan manusia kepada tauhid jauh melebihi kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman, bahkan jauh lebih besar daripada kebutuhan mereka kepada cahaya, air, dan udara. Karena tauhid inilah ruh kehidupan yang sebenarnya. 

— 

Info Bahasa Arab :


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/kemana-hatimu-bergantung/